Sebagai salah satu sektor strategis, kehutanan tidak hanya berkontribusi pada perekonomian melalui devisa ekspor, tetapi juga menjadi penopang ekosistem lingkungan yang berkelanjutan.
Namun, sektor ini menghadapi tantangan besar, mulai dari eksploitasi lahan hingga perubahan iklim.
Ekspor Kayu:
Peluang di Tengah Tekanan Global
Indonesia dikenal sebagai salah satu penghasil kayu berkualitas tinggi di dunia, terutama kayu lapis.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan rata-rata ekspor kayu lapis mencapai 3,74 juta m³ per tahun, dengan devisa hampir 2 miliar dolar AS.
Meski demikian, tekanan dari pasar global, seperti perang dagang dan pandemi, sempat membuat kinerja ekspor menurun.
Namun, pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi katalis bagi permintaan domestik, terutama untuk material kayu lapis.
Tantangan: Eksploitasi dan Kebakaran Hutan
Masalah besar lainnya adalah eksploitasi ilegal dan kebakaran hutan. Data dari Greenpeace Indonesia menyebutkan ribuan titik panas masih ditemukan di kawasan hutan yang dikelola perusahaan besar.
Kebijakan "pemutihan izin" bagi perusahaan yang beroperasi ilegal menjadi sorotan tajam, karena dinilai lebih menguntungkan korporasi daripada menjaga kelestarian hutan.
Selain itu, fenomena El-Nino yang kembali terjadi di 2024 memperparah kebakaran hutan, meskipun KLHK mengklaim telah menurunkan emisi gas rumah kaca akibat kebakaran menjadi 141,8 juta ton hingga Oktober.
Pengelolaan Berbasis Teknologi dan Keberlanjutan
Untuk menghadapi tantangan tersebut, KLHK meluncurkan berbagai inisiatif, termasuk pelaporan real-time untuk titik api dan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan sosial.
Selain itu, asosiasi seperti Apkindo berkomitmen mendukung target net zero emission pemerintah dengan tetap menjaga kinerja industri kayu sebagai penghasil devisa.
Masa Depan Hutan:
Harapan dan Komitmen
Masa depan hutan Indonesia bergantung pada keseimbangan antara eksploitasi dan konservasi.
Pemerintah, masyarakat, dan industri harus bersinergi untuk menjaga sumber daya hutan sebagai warisan generasi mendatang.
Dengan pendekatan berbasis keberlanjutan, sektor kehutanan dapat terus berkontribusi pada pembangunan ekonomi sekaligus menjaga ekosistem yang sehat.
Hal ini dapat diakhiri dengan pernyataan optimisme bahwa, meskipun tantangan terus ada, peluang untuk memperbaiki tata kelola hutan dan industri kayu di Indonesia masih sangat besar. (*)