Sebuah bangsa tidak bisa berdiri kokoh tanpa kemandirian pangan." Pernyataan ini tidak hanya menggetarkan hati, tetapi juga mengingatkan kita akan posisi strategis Indonesia di peta ketahanan pangan dunia.
Namun, ironi sejarah masih terasa ketika sebagian negara di dunia justru mengabaikan potensi besar Indonesia, sebuah kekeliruan yang kini mulai mereka sesali.
Indonesia dan Potensi Lumbung Dunia
Sejak zaman dahulu, Indonesia dikenal sebagai negeri yang subur, bahkan hingga dijuluki "zamrud khatulistiwa."
Keberagaman hayati yang melimpah, lahan subur, serta iklim tropis yang memungkinkan panen sepanjang tahun adalah modal besar yang menjadikan Indonesia kandidat utama sebagai lumbung pangan dunia.
Dari Sabang hingga Merauke, kekayaan alam kita menawarkan solusi nyata terhadap ancaman kekurangan pangan global.
Hutan Kalimantan dengan potensi agrarisnya, tanah subur di Jawa, hingga wilayah Sumatra dan Sulawesi yang kaya akan berbagai jenis tanaman pangan strategis, semuanya menyumbangkan harapan bagi dunia.
Namun, sayangnya, selama berpuluh tahun, dunia internasional lebih sering memandang sebelah mata terhadap potensi ini.
Ketakutan terhadap Krisis Pangan Global
Dunia kini menghadapi ancaman serius: kekurangan pangan global. Krisis ini diperparah oleh perang, perubahan iklim, dan ketimpangan distribusi sumber daya.
PBB telah memperingatkan bahwa hingga tahun 2030, lebih dari 800 juta orang di dunia berisiko mengalami kelaparan ekstrem. Dalam situasi ini, negara-negara maju yang sebelumnya terlalu percaya pada modernisasi tanpa memperhatikan sektor agraris, mulai khawatir.
Di sisi lain, Indonesia, yang selama ini dianggap sebagai “pemain kecil” dalam pasar pangan global, menunjukkan kemajuan pesat. Berkat upaya keras pemerintah dan kolaborasi dengan para ahli, Indonesia berhasil meningkatkan hasil pertanian dan mengurangi ketergantungan pada impor. Sebuah langkah yang menjadi inspirasi dunia.
Tegasnya Menteri Pertanian dan Kemandirian Pangan
Sejalan dengan visi Presiden, Menteri Pertanian dengan ketegasannya menyampaikan pesan yang tegas: “Tidak ada jalan lain, Indonesia harus mandiri pangan!” Program-program seperti diversifikasi pangan, penggunaan teknologi pertanian modern, dan pemberdayaan petani lokal menjadi fokus utama.
Lebih menarik lagi, tokoh-tokoh seperti "Profesor Pisang" dari Indonesia, Prof. Abdul Munir, menjadi contoh nyata bagaimana ilmuwan Indonesia mampu memberikan dampak global.
Berkat penelitiannya, Indonesia kini menjadi penghasil berbagai varietas unggul pisang yang diakui dunia.
Kisah Prof. Munir adalah bukti bahwa Indonesia tidak hanya kaya sumber daya alam tetapi juga sumber daya manusia yang luar biasa.
Penyesalan Dunia dan Ketidakadilan yang Terjadi
Tidak dapat disangkal bahwa selama bertahun-tahun, negara-negara maju seringkali memandang rendah potensi Indonesia.
Kebijakan perdagangan global yang tidak adil, tekanan politik, hingga pengabaian teknologi transfer adalah beberapa contoh bagaimana Indonesia terpinggirkan.
Namun, sejarah membuktikan, pengabaian tersebut justru berbalik menjadi penyesalan mereka.
Saat ini, negara-negara Eropa yang dulunya enggan bekerja sama dengan Indonesia di sektor pangan, mulai berlomba-lomba menjalin kemitraan.
Ketika dunia menyadari bahwa ketahanan pangan adalah aset yang lebih penting daripada kekuatan militer, Indonesia muncul sebagai penyelamat.
Negara-negara tersebut, yang sebelumnya terlalu fokus pada modernisasi industri, kini menyadari bahwa mereka tidak dapat makan baja atau minum minyak.
Menatap Masa Depan: Indonesia sebagai Solusi Dunia
Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin global dalam ketahanan pangan.
Dengan kekayaan alam, tenaga kerja muda, dan dukungan kebijakan yang kuat, mimpi menjadi lumbung dunia bukanlah utopia. Dunia membutuhkan Indonesia lebih dari yang mereka sadari, dan saatnya kita mengambil peran tersebut.
Sebagaimana pesan tegas Presiden dalam pidatonya, “Pangan bukan hanya urusan ekonomi, tapi juga martabat bangsa. Kita harus berdiri tegak, menjadi penyedia pangan dunia, bukan sekadar penonton.”
Kini, tugas kita sebagai anak bangsa adalah menjaga amanah tersebut. Dengan kekayaan yang telah Allah anugerahkan, kita memiliki tanggung jawab tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga untuk dunia.
Terakhir Barrok menyampaikan,Semoga visi besar ini bisa terwujud, menjadikan Indonesia sebagai pilar ketahanan pangan global yang membawa kemaslahatan bagi umat manusia. (*)