Jember - Jember merupakan salah satu kabupaten/kota yang menyumbangkan pekerja migran terbesar di Indonesia. Tercatat sebanyak 1.143 orang warga Jember yang mengais rejeki di luar negeri. Pada saat Ramadhan dan lebaran kemarin, sekitar 700 orang diantaranya pulang kampung ke Jember secara bergelombang.
Tentu saja mereka harus menjalani karantina di dua hotel yang telah disediakan Pemkab Jember serta menjalani swab tes sebelum diperbolehkan untuk kembali ke rumah masing-masing.
Banyaknya pahlawan devisa itulah yang memunculkan ide dalam benak Bupati Jember untuk membuat semacam sistem monitoring online bagi para TKI yang bekerja di luar negeri.
Melalui sistem monitoring daring, para TKI yang bekerja di Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, Hongkong, Arab Saudi dan di berbagai negara yang lain nantinya akan dapat dipantau oleh pemerintah, disamping sistem monitoring online itu sendiri dapat diakses oleh para pekerja migran dan keluarganya.
“Lewat sistem monitoring online, para pekerja migran yang bekerja di negeri orang akan dapat dengan mudah mengakses informasi tentang Jember termasuk berkomunikasi dengan keluarga untuk memberitahukan kondisi dan aktifitasnya. Melalui aplikasi ini Pemkab juga dapat memonitor kawan-kawan pekerja migran sehingga dapat memberikan perlindungan kepada mereka,” papar Hendy Siswanto.
Gagasan pembuatan sistem monitoring online tersebut oleh Hendy Siswanto disampaikan saat menerima kunjungan dari anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Timur awal pekan ini. Selain itu Hendy juga meminta dukungan dari Komisi E guna mewujudkan gagasan tersebut.
Selain menyampaikan gagasan sistem monitoring online, pada kesempatan yang sama Bupati Jember juga meminta bantuan Tempat Latihan Kerja khusus bagi calon pekerja migran.
“Kami berharap ada bantuan Tempat Latihan Kerja yang dilengkapi laboratorium bahasa untuk pelatihan bahasa serta sarana untuk melatih ketrampilan mereka. Lokasi yang bisa dipakai nantinya bisa di sekitar Balai Latihan Kerja (BLK) Jember,” tambah Hendy. (Romlah)