SIMALUNGUN - Pembunuhan terhadap Marasalem Harahap, wartawan yang biasa melakukan aktivitas liputan di Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun merupakan peristiwa luar biasa sekaligus noda hitam bagi dunia jurnalistik di tanah air.
Apalagi korban tewas dalam kondisi tak wajar. Akibat tembakan senjata api yang bersarang di paha kiri dan kabarnya juga bersarang di bagian dada kanan.
Atas peristiwa itu, berbagai kecaman dari berbagai kalangan terus mengalir, khususnya dari organisasi profesi wartawan.
Ketua PW Ikatan Wartawan Online (IWO) Sumatera Utara, Yudhistira secara tegas mengecam tindak kriminal secara sporadis yang menyasar seorang jurnalis.
“Ini tindak kejahatan luar biasa. Apalagi jika ini berkaitan dengan profesi dan ada upaya pembungkaman terhadap kebebasan pers. Parahnya lagi ini terjadi hanya beberapa hari pasca teror pembakaran rumah wartawan di Binjai,” tegasnya dalam rilis tertulis resminya, Sabtu (19/6/2021).
Karena itu, ia meminta Kapolda Sumut Irjen RZ Panca Putra Simanjuntak bisa bergerak cepat melakukan penyelidikan untuk segera mengungkap pelaku serta dalang di balik insiden berdarah yang telah merenggut nyawa korban.
“Kami juga menilai ini adalah bentuk kegagalan pemerintah dalam melindungi hak warganya untuk bisa hidup nyaman, terlebih bagi wartawan yang bekerja di bawah perlindungan UU Pers,” ucapnya.
Pria yang akrab disapa Yudis ini juga mempertanyakan bagaimana begitu bebasnya
penggunaan senjata api di negeri ini dan dipergunakan untuk mencabut nyawa orang lain.
“Saya rasa ini tugas berat Kapolda. Di samping mengungkap kasus pembunuhan bersenjata api ini, Kapolda juga harus mengungkap tentang penggunaan senjata api dalam tindak kejahatan. Apalagi kita sinyalir pelaku pembunuhan korban cukup terlatih,” kata Yudis.
Terkait kasus ini juga, Yudis memastikan IWO bersama organisasi profesi wartawan lainnya akan terus mengawal kasus ini sampai aparat kepolisian bisa mengusut tuntas dan menangkap para pelaku yang diyakini lebih dari satu orang.
“Jika dibiarkan berlarut-larut, ke depan tentunya akan menjadi preseden bagi jurnalis. Sangat memungkinkan kejadian serupa terjadi dan menimpa rekan jurnalis lainnya karena ada rasa keberatan dari objek pemberitaan,” pungkasnya.
Seperti diketahui, duka kembali menyelimuti dunia jurnalistik di tanah air. Semua terjadi akibat terjadinya tindak kekerasan terhadap wartawan di Sumatera Utara hingga berujung kematian.
Korban kali ini adalah Marasalem Harahap, seorang wartawan media online yang biasa beraktivitas melakukan peliputan di Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun.
Pemimpin Redaksi lassernewstoday.com yang akrab disapa Marsal itu ditemukan meninggal dunia di dalam mobil minibus Go Panca berwarna putih BK 1921 WR dengan luka tembakan senjata api di paha sebelah kiri, Sabtu dinihari (19/6/2021).
Ironisnya, peristiwa berdarah yang merenggut nyawa Marsal itu terjadi hanya sekitar 300 meter dari kediamannya. Diduga, korban dihabisi persis saat akan pulang ke rumahnya di Huta 7, Pasar 3, Nagori Karang Anyer, Kabupaten Simalungun.
Kabar pembunuhan yang menyebar cepat sontak membuat geger rekan-rekan korban. Sejumlah jurnalis di Siantar terlihat mendatangi RS Vita Insani, Pematangsiantar setelah jenazahnya dievakuasi warga.
Humas RS Vita Insani Pematangsiantar Sutrisno Dalimunthe yang dihubungi mengatakan, korban dibawa ke RS Vita Insani sekitar pukul 01.00 WIB, dalam keadaan sudah meninggal dunia. Namun Sutrisno enggan menyebut secara detail, karena saat jenazah korban dibawa, ia memang tak berada di tempat.
“Kalau kronologi kita belum bisa sampaikan. Nanti informasi selanjutnya dari pihak yang berwenang ya,” ujar Sutrisno, seraya meminta wartawan untuk bersabar. (Rls)